Kiat Sandiaga Uno Merumuskan Masa Depan Pelaku Industri Kreatif

Posted on 26 Februari 2021

Di tengah pandemi seperti ini, tak sedikit bisnis yang terpuruk dan susah untuk bangkit dari keterpurukan.

Bahkan usaha kalas menengah saja, jika tak dimaintenance dengan baik pun dapat goyah.

Melihat hal itu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengajak pelaku usaha kreatif untuk mendiskusikan kendala yang dihadapi selama pandemi COVID-19.

Pertemuan ini akan merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat sehingga masa depan mereka segera membaik.

Sandiaga dalam acara NGOPREK (Ngobrol Bareng Pelaku Ekonomi Kreatif) yang dilakukan secara hybrid, di Balairung Soesilo Soedarman, Jakarta, Selasa 23 Februari 2021, menuturkan melalui acara ini, ia ingin mendengar kendala dan masukan dari pelaku kreatif untuk dapat bertahan di tengah pandemi COVID-19 dan terbatasnya pergerakan ekonomi.

“‘Do whatever we can’, karena sekarang kita harus beralih dari kompetisi ke kolaborasi, ‘if you can not beat them’, ‘you join’, ‘collaborate’, hal ini dilakukan untuk ‘survive’ di masa pandemi ini. Untuk itu, sebagai pemerintah, kita perlu mendengar keluh kesah serta masukan dari pelaku usaha agar masalah atau hambatan yang dihadapi dapat diidentifikasi dan diselesaikan dengan cepat dan akurat,” ujarnya.

Pada 2019, sektor ekonomi kreatif menyerap sekitar 17 juta tenaga kerja. Dari data tersebut, menunjukkan bawah Indonesia memiliki potensi yang besar dalam bisnis ekonomi kreatif.

“Untuk itu, kita harus gerak cepat dan gerak bersama dalam merumuskan berbagai kebijakan. Sehingga bisa menciptakan mata pencaharian bagi pelaku industri kreatif Indonesia,” kata Sandiaga

Sementara, Komisaris Utama Garuda Indonesia, Triawan Munaf, mengatakan apa yang dilakukan ini merupakan bentuk dari kepedulian semua terhadap pelaku kreatif di Indonesia.

“Industri kreatif ini harus selalu adaptif terhadap perubahan situasi, dan dengan respon dari Kemenparekraf ini semoga akan mempermudah pelaku kreatif di masa pandemi yang tidak menentu dan dapat memulihkan sektor ekonomi kreatif,” kata Triawan Munaf.

Acara NGOPREK ini dihadiri oleh beberapa narasumber yang memaparkan berbagai macam hambatan yang dihadapinya.

Narasumber tersebut antara lain Ketua Umum Federasi Serikat Musisi Indonesia Chandra Darusman, Ketua Pengarah Dance Festival Nungki Kusumastuti, Ketua Asosiasi Komik Faza Meonk, Founder Artjog Heri Pemad, Ketua Umum Asosiasi Promotor Musik Indonesia Dino Hamid, Ketua Umum Ikatan Manajer Artist Indonesia Nanda Persada, dan Ketua Umum Forum Backstager Indonesia Sofyan Nasution.

Ketua Umum Federasi Serikat Musisi Indonesia, Chandra Darusman, mengatakan saat ini memang industri musik masih sedang dalam “survival mode”, tabungan sudah habis, alat sudah di jual, tapi harus tetap berkarya. Ia mengatakan pernah melakukan survei terkait musik di era pandemi.

Ada tiga hal penting yang diperoleh dari survei tersebut. Pertama, mayoritas populasi musisi diisi oleh musisi café, seiring terpuruknya dunia pariwisata, khususnya bagi pihak hotel dan restoran, musisi café pun juga terkena dampaknya.

Lanjut Chandra, kedua pendapatan musisi café rata-rata sekitar Rp1 juta–Rp5 juta per bulan. Jadi, asumsinya kalau ada bantuan langsung tunai Rp1 juta hanya “survive” untuk satu bulan. Ketiga, baru 14 persen musisi yang masuk ke dunia digital.

“Maka dari itu, ada dua opsi agar musisi bisa bertahan, yaitu musisi tetap di dunia musik tapi harus cepat beradaptasi dengan kemajuan digital atau mereka beralih profesi. Kalau menetap di dunia musik maka kita harus mampu memberikan ‘tools’ serta pendampingan bagi pelaku parekraf untuk bisa digitalisasi,” ujarnya

Sementara, Ketua Asosiasi Komik, Faza Meonk, mengatakan pandemi ini tentu memberikan dampak yang luar biasa terhadap industri komik, khususnya komik cetak. Akan tetapi, industri komik saat ini telah banyak memanfaatkan komik berbasis digital.

Namun, yang menjadi permasalahannya adalah rata-rata platform komik digital ini bukan dari Indonesia, jadi Indonesia tidak memiliki kendali terhadap perkembangan komik di platform digital. Di Indonesia sendiri pernah mempunyai platform komik digital yang bernama Ciayo, tapi karena pandemi platform tersebut tutup. Hal ini sangat disayangkan mengingat perkembangan arus digital saat ini sangat pesat.

Jika dimanfaatkan dengan baik, industri komik ini juga bisa dikembangkan ke dalam IP (Intelectual Product), karakter yang ada di dalam komik bisa dijadikan sebagai merchandise, game, animasi, hingga menjadi daya tarik wisata. Ia berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan IP dan memberikan regulasi terkait IP, karena IP merupakan “core” industri kreatif yang dapat diturunkan ke berbagai macam subsektor.

“Semoga kita bisa bersinergi bersama terutama temen-temen di industri kreatif, karena saya selalu yakin dengan IP based ini merupakan sebuah strategi yang baik untuk menyebarkan budaya dan pariwisata Indonesia,” ujar Faza.

Baca artikel aslinya di Okezone.com dengan judul Merumuskan Masa Depan Pelaku Usaha Kreatif di Era Corona

Related Posts